Jenaka Dalam Kecerdasan

Posted by Sava' Ahmad Wednesday, September 5, 2012 0 comments

 Kita semua pasti sudah pernah mendengar nama Abu Nawas.
Jika orang menyebut nama Abu Nawas maka langsung terbayang sosok
pelawak kesohor atau tentang fikiran akal bulus yang sangat lembut,
tetapi konotasinya negatif. Sesungguhnya tokoh Abu Nawas atau
Abu Nuwas adalah seorang ahli hukum dan kritikus sosial yang sangat
cerdas yang hidup pada zaman Daulah Abbasiyyah di Baghdad,
dan sempat bertemu dengan dua khalifah (raja) pada periode hidupnya,
yaitu Harun Al Rasyid dan al Ma`mun.. Ia juga seorang penyair sufi ,
tetapi ke-khas-an Abu Nawas adalah kemampuannya mengekspresikan
kecerdasannya secara jenaka,bahkan termasuk kepada 
Tuhan.. Kumpulan puisinya tercantum dalam buku Diwan- Abu Nuwas yang di 
Fakultas Sastra Arab bukunya dijejerkan bersama dengan kumpulan
puisi Imam Syafi`i ,Diwan al Imam al Syafi`i dan puisi Ali bin Abi 
Thalib,Diwan al Imam ~Ali, Diwan Syi`r Imam al Bulagha. Kecerdasan dan 
kejenakaan Abu Nuwas dapat dirasakan dari kisah-kisah sebagai berikut.
 
Pertama
Suatu hari Raja iseng-iseng uji nyali staf di kerajaannya. Di halaman depan 
kerajaan ada pohon jambu yang sedang berbuah. Raja mengikat seekor orang utan 
yang besar dan galak di pohon itu, lalu Raja mengumumkan; barang siapa bisa 
mengambil sebutir saja jambu dari pohon itu akan diberi hadiah seribu dinar. 
Orang banyak berusaha untuk mengambilnya, tetapi tidak ada seorangpun yang 
bisa, karena setiap kali mendekat pohon,orang utan yang galak itu segera 
menyongsongnya. Abu Nawas yang kala itu sedang bertamu ditawari ikut. Abu 
Nawas pun bersedia dan dengan santai ia mengambil beberapa batu kecil. Dengan 
cermat Abu Nawas melempari orang utan itu dengan batu-batu kecil. Sudah barang 
tentu orang utan yang galak itupun marah, tetapi ia
tidak bisa menjangkau Abu Nawas karena kakinya terikat rantai ke pohon.  
Puncak kemarahan orang utan itu terjadi, ia petik jambu didekatnya dan dibalas 
melemparnya ke Abu Nawas. Nah, Abu Nawas tinggal menangkap jambu itu, dan Abu 
Nawas memenangkan hadiah Raja sebesar seribu dinar.
 
Kedua
Pada suatu hari, salah seorang keponakan Raja yang bernama Ja'far bercerita 
kepada Raja,bahwa ia bermimpi menikahi seorang gadis yang bernama Zainab, 
seorang gadis yang terkenal di Baghdad karena kecerdasan dan kecantikannya. Raja 
dengan tanpa berfikir mendalam langsung mengomentari cerita mimpi keponakannya. 
Wah itu mimpi yang baik, mimpimu itu isyarat petunjuk Tuhan. Begini saja, kalau 
kamu memang mau menikah dengan Zainab, serahkan pada pamanmu ini,biar aku yang 
urus. Sudah barang tentu Ja'far, sang keponakan sangat gembira. Esoknya, Zainab 
dan kedua orang tuanya dipanggil menghadap raja, dan kepada mereka disampaikan 
bahwa ada isyarat Tuhan yang harus dilaksanakan yaitu menjodohkan Ja'far, keponakannya dengan Zainab.
Biarlah kerajaan yang menyelenggarakan hajatannya. Kedua orang tua Zainab sudah barang 
tentu bersukacita, tetapi Zainab sendiri tidak bisa menerimanya. Hatinya 
menolak keras dijodohkan, apalagi hanya berdasar mimpi, tetapi mulutnya 
terkunci rapat. Kerajaan dengan bersukacita mengumumkan rencana pernikahan 
itu,dan tak lupa Rajapun menceritakan kepada publik mimpi keponakanya yang ia 
fahami sebagai isyarat dari Tuhan yang harus dilaksanakan.
 
Di rumah, Zainab  bingung tak tahu harus berbuat apa. Kedua orang tuanya dan 
bahkan segenap keluarganya dalam suasana bahagia menyongsong hari perkawinan 
dirinya, tapi dia sendiri hatinya hancur karena tidak menyukai Ja'far, keponakan 
raja yang ia ketahui perilakunya tidak terpuji.Inginnya ia kabur dari rumah, 
tetapi itu pasti mencelakakan keluarga karena mempermalukan kerajaan. Sekedar 
mencari ketenangan Zainab mengadu kepada Abu Nawas. Abu Nawas bertanya:
Kamu ingin pernikahanmu dengan Ja'far berlangsung atau inginnya 
gagal?  Pokoknya Saya tidak ingin menikah dengan Ja'far paman , jawab Zainab. 
Abu Nawas melanjutkan. Jika engkau ingin perkawinan itu gagal,engkau harus 
segera menghadap raja dan mengucapkan terima kasih karena Paduka telah 
menjalankan isyarat Tuhan melalui mimpi Jafar.. Tapi, tapi bagaimana ? Zainab 
protes. Pokoknya, kata Abu Nawas, jika engkau ingin perkawinan itu 
gagal,laksanakan kata-kata saya. 
 
Dengan tidak begitu faham jalan fikiran Abu Nawas,Zainab menghadap Raja dan 
mengucapkan terimakasih. Sudah barang tentu Raja sangat senang mendengar 
kata-kata Zainab.
 
Suatu pagi, ketika halaman kerajaan sudah didirikan tenda untuk acara 
pernikahan , Abu Nawas berada di atap istana raja, mencabuti genting-2 dan 
melemparkannya ke halaman. Sudah barang tentu gegerlah istana. Abu Nawas di 
tangkap dan langsung di sidang di depan raja untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Abu Nawas diancam dengan hukuman berat. Ketika Abu Nawas 
ditanya  oleh raja tentang motivasi dari apa yang dilakukan, dengan sangat 
sopan Abu Nawas menjawab. Paduka tuanku junjungan kami, ampunilah hamba orang 
kecil ini,hamba adalah orang kecil yang selalu mengidolakan baginda. Apapun 
yang menjadi kehendak paduka,kami selalu mengikutinya.Paduka junjungan 
kami,tiga malam berturut hamba bermimpi menaiki atap istana tempat paduka 
bersemayam. Hamba gelisah, dan akhirnya hamba yakin bahwa mimpi hamba adalah 
isyarat dari Tuhan untuk menyelamatkan paduka, dari ancaman yang kita belum 
tahu. Jangan-jangan di atap ada ancaman terhadap baginda. Oleh karena itu 
sebelum bencana itu menimpa baginda,hamba segera naik atap untuk melaksanakan 
isyarat Tuhan yang kami dapati dalam mimpi kami.Mohon ampun baginda.
 
Sang Raja tercenung mendengar jawaban Abu Nawas. Raja sadar bahwa Abu Nawas itu 
orang cerdas. Raja pun sadar bahwa mengambil
keputusan berdasar mimpi Ja'far,keponakannya adalah sangat tidak 
bijaksana,bahkan berbahaya. Terbayang dalam fikiran Raja,apa lagi yang akan 
dilakukan Abu Nawas besok-besoknya dengan alasan mimpi. Sungguh berbahaya. 
Akhirnya Raja membatalkan rencana menikahkan Zainab dengan keponakannya.
 
Ketiga
Suatu hari Raja yang repressif itu melakukan kunjungan incognito meninjau 
proyek pembangunan taman di pinggir sungai Tigris. Ketika berada di pinggir 
sungai dan jauh dari rumah tiba-tiba sang raja ingin buang hajat.Rupanya raja 
sedang kena diare karena salah makan. Dengan sigap pengawal melakukan langkah 
darurat,yaitu membuat WC tenda di pinggir sungai. Rajapun apa boleh buat masuk 
ke WC darurat itu.
 
Melihat pemandangan itu,Abu nawas tiba-tiba lari ke arah hulu sungai dan 
langsung buang hajat di situ. Sudah barang tentu raja marah,karena kotoran Abu 
Nawas pelan-pelan mendekati raja mengikuti arus air. Usai buang hajat, raja 
langsung memerintahkan pengawal untuk menanangkap Abu Nawas.Abu Nawas di sidang dengan tuduhan 
menghina raja karena buang air besar di depan raja. Tetapi dengan amat sopan 
Abu Nawas menjawab. Aduh mohon ampun paduka junjungan kami. Sama sekali tidak 
ada setitikpun niat hamba menghina paduka.Hamba ini  orang yang sangat 
mengidolakan paduka. Dalam keadaan apapun paduka adalah pemimpin kami. Hamba 
selalu patuh berada di belakang paduka.Sedikitpun kami tidak berani mendahului 
paduka.Tetapi kamu buang hajat di depanku, bentak Raja.
 
Adapun tentang buang hajat,mohon maaf paduka.Semula kami berada di belakang 
paduka, tiba-tiba hamba terkena diare.. Seandainya hamba langsung buang hajat 
di tempat,maka pasti kotoran hamba akan mendahului kotoran paduka yang mulia.Ini 
tidak boleh karena ini adalah satu penghinaan. Oleh karena itu paduka, dengan 
sangat berat kami—buru-buru lari ke depan untuk buang air di sana,agar kotoran 
hamba tidak mendahului kotoran paduka.
 
Mendengar keterangan Abu Nawas, raja manggut-manggut dan bisa menerima alasan Abu 
Nawas.Abu Nawas bukan saja tidak dihukum, malah raja memberinya hadiah seribu 
dinar.
 
Keempat
Abu Nawas jenaka bukan hanya kepada sesama manusia,kepada Tuhan pun ia suka 
bercanda. Salah satu candanya terekam dalam teks doa yang hinggga kini banyak 
dihafal orang. Kata Abu Nawas:Ilahy,lastu lil firdausi ahla. Walaa aqwa `alannaaril 
jahiimi. Fahabli taubatan waghfir dzunuubi.fa innaka ghofirudz dzambil`adziimi. 
Artinya.Ya Tuhanku, rasanya hamba tak pantas masuk surgamu. Tetapi untuk masuk 
neraka, hamba tidak kuat. Oleh karena itu ya Tuhan,mudahkanlah 
hamba untuk bertaubat dan ampunilah dosa hamba. Bukankah Engkau  Maha Pengampun 
bahkan terhadap dosa-dosa besar ?.

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Jenaka Dalam Kecerdasan
Ditulis oleh Sava' Ahmad
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://sarvaroz.blogspot.com/2012/09/jenaka-dalam-kecerdasan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 comments:

Post a Comment

Kebenaran sepenuhnya bersemayam di dalam hakekat,Tetapi orang dungu mencarinya di dalam kenampakan.

Panduan blog dan SEO support Jual Online Baju Wanita - Original design by Bamz | Copyright of Sarvaroz Ahmad.